Bilang Islam Indah, Patrice Evra Dimarahi Ayahnya
HISTORY – Dunia sepak bola tidak selama bicara tentang sebuah pertandingan. Sepak bola juga sering kali menjadi alat dalam melawan rasisme.
Patrice Evra merupakan salah satu pesohor dunia sepak bola yang paling gencar menentang rasisme. Ketika Islam dihina dan dihujat, mantan kapten MU beragama Katolik ini hadir melawan para penghujat tersebut.
• Misteri: Islam Dihina, Oezil Mengamuk
Namun demikian, sikapnya tersebut tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari pihak keluarga. Ayahnya marah besar ketika Evra mengatakan bahwa Islam adalah agama yang Indah.
• Patrice Evra: Islam Agama Yang Indah
• Evra: Mengapa Saya Tidak Boleh Percaya pada Nabi Muhammad?
“Islam adalah agama yang indah,” kata Evra. “Ketika ayah saya tahu, dia sangat marah kepada saya.’’
Seperti dikutip dari Geo News, Evra menceritakan pengalamannya tersebut dalam sebuah wawancara pada Oktober 2019. Atau, tiga bulan setelah mantan bek kiri Juventus dan Marseille itu memutuskan gantung sepatu.
• Khabib Nurmagomedov Jalani Sunah Nabi demi Hidup Sehat
• Benzema Pilih Cara Islami untuk Pulihkan Kebugaran Tubuh
Evra mengatakan ayahnya yang berprofesi sebagai diplomat itu merupakan seorang Katolik. Dia sendiri lahir dan besar dalam lingkungan Katolik.
Tetapi ketika orang-orang mulai menyudutkan Islam atas aksi terorisme, Evra akan berbicara lantang menentangnya. ‘’Ayah saya Katolik. Tapi, saya akan tetap mengatakan bahwa Islam indah. Untuk apa yang saya yakini kebenarannya, saya bisa menentang ayah saya, ibu saya dan teman-teman saya.’’
• Sergio Aguero ke Negeri Muslim untuk Tenangkan Diri
• Terinspirasi Negeri Muslim, Xavi Hernandez Beri Nama Putrinya
Evra yang kini berusia 40 tahun, sangat mengutuk tindakan rasisme. Dia mengatakan bahwa tidak ada tempat untuk rasisme di dunia.
Mantan kapten MU mengaku senang bahwa sepak bola membantu menghilangkan rasisme dari dunia. Tetapi, masih lebih banyak lagi yang harus dilakukan untuk melawan rasisme.
• Xavi: Barcelona Sangat Menghormati Islam
• Mike Tyson: Hidup Hanyalah Sebuah Proses Indah Menuju Kematian
“Orang-orang perlu mengajari anak-anak mereka untuk tidak menjadi rasis. Jika orang tua seorang anak rasis, bagaimana dia tidak tumbuh menjadi rasis?" katanya.
Keluarga Besar
Evra lahir di Senegal pada 15 Mei 1981. Meskipun demikian, ia dibesarkan di Eropa dan memiliki kewarganegaraan Prancis.
Evra memiliki darah campuran etnis Guinea dan Tanjung Verde. Dia mampu berbicara bahasa Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, dan Portugal dengan sangat fasih.
Pasangannya, Margaux Alexandra, merupakan asli Denmark. Pada 3 Mei 2021, Evra dan Margaux dikaruniai seorang anak bernama Lilas Latyr Evra.
Dari pernikahan sebelumnya dengan Sandra, Evra dikaruniai dua anak yakni Lenny dan Maona. Pasangan itu berpisah pada tahun 2020.
Seperti dikutip dari thewikibiography, Evra tumbuh dalam sebuah keluarga besar, yakni 26 bersaudara. Ayahnya adalah seorang diplomat, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Ia memiliki 23 saudara kandung, dua di antaranya telah meninggal dunia.