Jajahan Prancis dan Dominasi Sepak Bola Afrika Utara Barat
Tidak ada kejutan di Piala Afrika 2021. Utara dan Barat kembali mendominasi perhelatan akbar sepak bola di Benua Hitam tersebut.
Dominasi sudah terlihat mencolok sejak babak delapan besar. Dari delapan peserta perempat finalis, hanya Equatorial Guinea yang berasal dari luar wilayah utara ataupun barat Afrika. Utara meloloskan Mesir, Tunisia, dan Maroko. Sementara Gambia, Burkina Faso, Senegal dan Kamerun menjadi wakil wilayah barat Afrika.
Kalaupun mau dikecualikan, tuan rumah Kamerun bisa dikeluarkan dari kelompok barat. Posisi wilayahnya persis berada di irisan antara wilayah barat dan tengah Afrika.
Sementara, negara-negara Afrika di bagian timur dan tengah nyaris tersingkir di babak penyisihan grup. Hanya ada Gabon (Afrika bagian tengah) yang lolos 16 besar, meski akhirnya disingkirkan Burkina Faso dari Afrika barat.
Comoros, negara kepulauan Afrika di Samudera Hindia, juga gagal melanjutkan kejutannya usai dihentikan tuan rumah Kamerun. Malawi, salah satu wakil selatan yang lolos 16 besar, juga kandas dari wakil utara yakni Maroko.
Alhasil hanya Equatorial Guinea, satu-satunya wakil dari luar wilayah barat utara, yang berhasil melenggang ke perempat final. Pasukan Badai, julukan Timnas Equatorial Guinea, menyingkirkan wakil wilayah barat yakni Mali lewat adu penalti. Skuad Juan Micha melenggang dengan skor kemenangan tipis 6-5.
Efek Eropa
Sayangnya, Equatorial Guinea akhirnya tersingkir pada Senin (31/1) dini hari WIB. Equatorial Guinea dipaksa menyerah dari wakil wilayah barat, Senegal, dengan skor 3-1.
Di babak empat besar, hanya tersisa wakil barat dan utara. Mesir, yang jadi satu-satunya wakil utara tersisa, akan menghadapi tuan rumah Kamerun di babak semifinal. Sementara laga empat besar lainnya akan mempertemukan duel sesama tim barat, yakni Burkina Faso versus Senegal.
Barat dan Utara kembali mendominasi perhelatan Piala Afrika. Kenapa keduanya begitu mendominasi?
Jika dilihat dari peta geopolitik, Afrika bagian barat dan utara memang bisa dibilang lebih beruntung daripada negara-negara Afrika di bagian timur, tengah ataupun selatan. Karena, posisi mereka berbatasan langsung dengan benua Eropa yang notabene merupakan kiblatnya sepak bola dunia. Hanya dipisahkan oleh Laut Tengah, posisi wilayah negara-negara Afrika bagian utara berhadapan langsung dengan Spanyol, Prancis dan Italia yang sudah sangat maju sepak bolanya.
Terlebih negara-negara Afrika utara dan barat yang rata-rata bekas negara jajahan Prancis. Banyak dari mereka yang bermigrasi ke Prancis dan berhasil meraih sukses. Zinedine Zidane yang merupakan ikon sepak bola Prancis bahkan dunia, salah satu contoh sukses dari keluarga keturunan imigran Aljazair --salah satu negara Afrika utara jajahan Prancis.
Contoh lainnya mungkin Anice Badri yang berasal dari keluarga imigran Tunisia. Lahir dan besar di Prancis, Badri menempa diri bersama akademi Olympique Lyonnais dan sejumlah klub Liga Prancis lainnya dan Liga Belgia. Usai puas mengenyam pengalaman di Benua Eropa, dia pulang kampung memperkuat klub lokal Esperance de Tunis.
Badri sukses membawa Esperance de Tunis menjuarai Liga Champions Afrika 2018. Pada tahun yang sama, striker yang kini berusia 31 tahun itu juga sukses menghantarkan timnas Tunisia beraksi di Piala Dunia 2018 Rusia.
Efek Eropa juga hadir di Piala Afrika tahun ini. Banyak pemain Afrika utara maupun barat yang merumput di liga-liga Eropa.
Mohamed Salah (Mesir) dan Sadio Mane (Senegal) yang sama-sama memperkuat Liverpool di pentas Liga Primer Inggris, berpeluang saling berhadap-hadapan di partai final dengan sama-sama memegang ban kapten di timnasnya masing-masing. Jika itu memang terjadi, maka ini sebuah hasil dari Efek Eropa yang menarik untuk disaksikan. Kita tunggu saja.