Cristiano Ronaldo Problem, Ketika Semua Klub Menolak Membuka Pintu Untuknya
KARTUMERAH -- Klub-klub besar Eropa menanggapi satu demi satu dengan sopan "tidak, terima kasih" ketika Cristiano Ronaldo mati-matian mengetuk pintu mereka untuk menawarkan jasanya. Menyaksikan momen tersebut sungguh menghadirkan rasa getir berbalut kasihan.
CR7 mengetuk pintu klub-klub elite demi memainkan beberapa pertandingan Liga Champions lagi untuk membantunya meningkatkan statistik pribadinya. Untuk mencapai tujuannya, Ronaldo tidak keberatan mengabaikan Manchester United. Salah satu klub paling istimewa dalam karirnya di mana dia membuat lompatan ke elite dunia dengan pindah ke Real Madrid.
‘’Tapi tidak ada yang bisa terkejut dengan ini karena Cristiano selalu seperti itu: dia di atas segalanya dan semua orang,’’ tulis jurnalis Carlos Carpio dalam tulisan kolomnya di harian Spanyol Marca.
Jelas bahwa penyerang Portugal itu tidak bisa menerima penurunan karier olahraganya, sesuatu yang tidak dapat dihindari pada usia 37 tahun. Itulah yang terjadi dengan idola olahraga hebat ketika saatnya tiba bagi mereka untuk mundur selangkah atau pensiun.
Gagal Paham
Sosoknya memang masih di atas bintang-bintang lain di generasinya seperti Lionel Messi, Antoine Griezmann, dan Neymar. Dengan 24 gol dalam 39 pertandingan, ia juga jauh di atas pemain biasa-biasa saja yang telah memperkuat Setan Merah selama beberapa tahun.
Tapi, tulis Carpio, angka-angka torehan gol itu hanyalah duniawi yang terus menurun seiring dengan bertambahnya usia. Dengan angka-angka tersebut, merekrut Cristiano tidak lagi membuahkan hasil dalam hal finansial dan olahraga.
Ketika dulu Ronaldo mencetak 50 gol, para pelatih menahan kekasarannya dan tuntutannya. Para pelatih tidak memiliki kekuasaan dimana sang bintang sepenuhnya mengkondisikan permainan tim seperti Manchester United, Real Madrid atau Juventus.
‘’Karena sebagai imbalannya, dia memberi Anda lebih banyak gol. Tapi dengan 24 gol, dia tidak bisa lagi menuntut keistimewaan tersebut,’’ kata Carpio. ‘’Ironisnya, Cristiano masih melihat dirinya sebagai pencetak 50 gol ketika dia 'hanya' mampu mencetak setengahnya. Itulah yang gagal dipahami oleh Cristiano.’’
Ego Berlebihan
Bukti bahwa Ronaldo gagal paham adalah ke-ngototan-nya untuk pergi ke klub yang tampil di Liga Champions. Demi ego pribadinya, dia menentang pelatihnya serta melupakan rekan satu timnya dan para penggemar.
Cristiano mungkin bersedia menyerahkan gajinya, tetapi tidak status dan hak istimewanya. Apa yang tidak akan pernah ditinggalkan Cristiano adalah karakternya: egonya yang berlebihan. Ambisi itulah yang membawanya menjadi pesepakbola hebat, yang mampu menatap mata Messi.
Tapi, ego itu pula yang membuat Ronaldo gagal memahami bahwa masa kejayaannya sudah mulai berakhir. Keegoannya membuat sang bintang melupakan klub dan orang-orang yang selama ini telah berjasa membesarkannya.
‘’Itulah mengapa menyakitkan melihat Cristiano yang selama bertahun-tahun menjadi solusi untuk hampir semua hal, kini akhirnya menjadi masalah yang ingin dijauhi oleh klub-klub,’’ ujar Carpio.